Batak Wedding : PART 1 "Uniknya Pernikahan Adat Batak"
HORAS! Ini
lanjutan dari tulisan aku sebelumnya tentang “Pernikahan Adat Batak
(PAB) 2016”, dan kali ini yang mau aku ceritain adalah tentang proses
pernikahan dengan menggunakan adat Batak Toba. Nah, untuk kamu yang mau menikah
dengan upacara adat Batak Toba monggo bisa dibaca tulisanku ini ya, siapa tau
berguna hihihihihi.
Foto - foto yang aku pakai adalah koleksi
pribadi, jadi untuk kamu yang mau
"pinjem" foto ini dan dimasukkan ke Instagram, ke website, dll HARUS
mencantumkan sumbernya www.ROOSVANSIA.com.
Ya iyalah karena ini foto pribadiku
kok, jadi ngga seenaknya juga bisa diambil dan diaku milikmu ya hehehhe. Show
some RESPECT. Jangan cuma update, tapi harus tau etika
berinternet.
Bagi orang
Batak Toba ada tiga upacara (ritual adat) yang paling penting dan masih
dilakukan sampai saat ini, diantaranya upacara kelahiran, pernikahan
dan kematian.
Dari aku
masih di kandungan mama, aku sudah “ikut” terlibat dalam upacara adat. Mama
mendapatkan ulos Bintang Maratur dari keluarganya, sebagai bentuk kasih
dan doa agar anak yang dilahirkannya kelak bisa seperti bintang dilangit yang
teratur (dan bersinar, shine bright like a star *maksa) hahahahhaha.
Setelah aku
lahir (biasanya sebelum umur dua tahun) aku akan menerima ulos Mangiring,
yang juga sebagai ungkapan kasih dan doa keluarga besar kami untuk aku dan
kedua orang tuaku. Supaya kiranya ada keturunan berikutnya yang akan lahir.
Waktu
menikah, kami orang Batak Toba (umumnya) juga akan menjalani upacara adat,
pemberian ulos dan juga berbagai hal lainnya. Sampai pada waktunya berpulang ke
pangkuan Tuhan, kami (umumnya) juga akan menerima upacara adat.
Ada juga
orang yang tidak bisa menjalani upacara adat salah satunya karena orang tua
mereka belum “membayar adat”. Kalau orang tuanya belum melalui proses upacara
adat ya anaknya juga tidak boleh menerima/memberikan ulos pada saat menikah
ataupun meninggal.
Banyak
sekali runtutan upacara adat Batak ini, emang ribet dan memusingkan. Tapi
disitulah seninya, sampe sekarang kami masih menjalaninya dan akan terus
menjalaninya.
Nah, hari
ini aku bahas lebih dalam adalah tentang Pernikahan Adat Batak, karena proses
menikah ala orang Batak ini ritualnya paling panjang, paling ribet, dan jelas
paling MAHAL. Yes. MAHAL (kayaknya di post lalu aku pernah
mention kata – kata MAHALnya ya hahahahahha).
MARHORI –
HORI DINDING
Ini adalah
proses awal yang akan dilalui semua keluarga Batak yang ingin menikah. Orang
tua, kakak, dan beberapa saudara dekat dari keluarga laki – laki akan datang
kerumah keluarga perempuan. Mereka akan memperkenalkan diri, berbincang –
bincang (martarombo) dan kemudian menyampaikan niat mereka untuk melamar anak
perempuan dari keluarga yang mereka datangi.
Pada tahapan
ini keluarga laki – laki juga akan membicarakan mahar (sinamot) yang mereka
akan berikan kepada keluarga perempuan. Dalam tahapan ini biasanya ada tawar
menawar antara kedua keluarga.
Dimana acara
akan diselenggarakan (dikeluarga perempuan atau laki – laki), berapa perkiraan
undangan, dan hal lainnya yang berkaitan dengan pesta.
Dalam adat
Batak Toba sendiri, keluarga perempuan adalah pihak yang berkewajiban dan
berhak melangsungkan pesta. Tapi semua tergantung juga kesepakatan dari kedua
belah pihak.
Biasanya
kalau pihak keluarga laki – laki baru pertama kali menikahkan anaknya, mereka
akan minta pesta di laki – laki. Atau bisa juga dikarenakan pihak dari keluarga
perempuan baru kemalangan (salah satu orang tua meninggal, dll) jadi keluarga
perempuan agak mengalami kesulitan biaya, dll.
Kalau aku
sendiri pesta di keluarga laki – laki, karena calonku adalah anak lelaki
terakhir di keluarganya, anak terakhir yang akan menikah, dan anak kebanggaan
orang tuanya. Jadi dengan rendah hati, pihak keluarga meminta agar pesta di
“rumah” laki – laki, dan orang tuaku setuju.
"Dos ni roha, sibahen na
denggan"
(bersepakat untuk keputusan yang
terbaik)
Setelah deal
dengan jumlah sinamot, dimana pesta akan berlangsung, tanggal pelaksanaan, dll.
Maka, berikutnya kedua keluarga akan menjadwalkan satu hari untuk menyampaikan
kesepakatan itu ke keluarga besar.
Masing –
masing keluarga akan menyiapkan satu hari untuk mempertemukan kedua keluarga
besar untuk bertemu dan membicarakan hal – hal yang lebih detail untuk
persiapan pesta.
*marhori - hori dindingku ngga ada dokumentasinya, coz emang acaranya lebih
sederhana dan khusus untuk keluarga dekat saja.
PATUA HATA –
MARHUSIP
Pada saat
ini akan ada pertemuan lebih lanjut antara kedua keluarga besar calon
pengantin. Hal – hal yang sudah dibicarakan pada saat Marhori – hori Dinding
lalu disampaikan kepada keluarga besar masing – masing calon mempelai.
Pihak laki –
laki harus datang dan membawa daging (bisanya orang Batak membawa seekor babi
yang sudah dimasak dan kemudian disusun sedemikian rupa, kepala, badan, usus,
ekornya) setiap bagian nantinya akan dibagikan kepada keluarga besar perempuan
sesuai dengan fungsi mereka dalam adat.
Sementara
itu pihak keluarga perempuan menyediakan ikan mas yang sudah di arsik (satu
masakan khas orang Batak), jumlahnya harus ganjil dan biasanya ikannya besar –
besar (sekitar 1 – 2 ekor per kilonya).
Marhusip ini
seperti rapat besar yang akan menjabarkan apa saja yang diperlukan untuk pesta
adatnya nanti. Pihak keluarga laki – laki kembali menyampaikan berapa jumlah
uang sinamot (mahar) yang akan mereka berikan kepada pihak perempuan, berapa
lembar ulos yang mereka minta (biasanya 13, 15, 17 lembar tergantung banyaknya
keluarga pihak laki – laki), siapa nama – nama keluarga yang akan menerima dan
memberikan ulos – ulos tersebut.
Ulos yang
diminta oleh pihak laki – laki itu akan diberikan oleh pihak perempuan kepada
pihak laki – laki. Satu lembar ulos diberikan orang tua perempuan kepada besan
(orang tua laki – laki), motif ulos biasanya by request dari orang tua laki –
laki. Kalau orang tua laki – laki sudah memiliki cucu, biasanya ulos yang
diberikan adalah ulos Ragi Idup. Kalau orang tua laki – laki baru pertama kali
mengadakan pesta pernikahan, biasanya ulos yang diberikan adalah ulos Ragi
Hotang.
Satu ulos
yang terbaik dan biasanya yang termahal akan diberikan oleh orang tua perempuan
kepada kedua pengantin. Ulos itu sebagai ungkapan kasih, restu, melindungi,
menghangatkan, dan sebagai kenang – kenangan pertama dari orang tua perempuan
kepada kedua pengantin.
Selanjutnya
ulos yang lainnya akan diberikan kepada keluarga yang nama – namanya sudah
disepakati oleh para ketua adat masing – masing calon pengantin.
Uang sinamot
akan diberikan sebagian kepada keluarga perempuan pada waktu marhusip ini agar
bisa digunakan oleh calon pengantin perempuan untuk membeli perlengkapan pesta
seperti baju, kain songket, sepatu, perhiasan, dll, dan sisanya akan diberikan
pada saat acara adat berlangsung.
MARTUMPOL
Martumpol
atau disebut juga dengan perjanjian atau persiapan nikah (umumnya kita
menyebutnya dengan pertunangan) hanya dilakukan oleh orang Batak yang bergereja
di HKBP. Martumpol biasanya dilakukan sebulan sampai dengan beberapa minggu
sebelum acara pemberkatan dan adat dilangsungkan. Ada perjanjian yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak dan juga oleh orang tua dan saksi dan
ditandatangani juga oleh Pendeta dan wakil dari gereja dan jemaat (sintua) di
depan semua undangan dan jemaat.
Kenapa ada Martumpol?
Apa gunanya?
Pada hari
minggu di setiap ibadah Gereja HKBP ada warta jemaat yang isinya adalah
pengumuman tentang kegiatan gereja, laporan keuangan, pelayan firman, nama –
nama petugas pada hari itu, dll.
Dalam warta
jemaat itu ada juga pemberitahuan tentang pasangan – pasangan yang akan
melangsungkan perjanjian/persiapan nikah dan pernikahan. Pengumuman ini
gunanya untuk memberikan kesempatan kepada semua warga jemaat atau siapapun
yang merasa berkeberatan jika kedua calon pengantin melangsungkan
perjanjian/persiapan nikah dan pernikahan.
Jika
ternyata ada yang berkeberatan dengan alasan yang jelas (kuat) dan bisa
diterima dengan gereja, misalnya ternyata salah satu calon pengantin sudah
pernah menikah sebelumnya, masih punya hubungan dengan orang lain, dll.
Hal ini
gunanya untuk mengantisipasi segala hal – hal buruk yang mungkin akan terjadi
jika seandainya ada pasangan calon pengantin yang tidak jujur satu sama lain.
Gereja HKBP
akan menindak dengan tegas keluarga dan calon pengantin yang ternyata masih
punya hubungan pernikahan dengan orang lain dan pernikahan tidak akan bisa
dilangsungkan sebelum hubungan itu berakhir atau bahkan akan terjadi pembatalan
pernikahan. Gereja HKBP juga tidak boleh memberkati calon pengantin yang pernah
bercerai (bukan karena kematian) juga yang dalam keadaan hamil.
Martumpol
itu ibarat “gladi bersih” menjelang pemberkatan dan pesta adat. Jadi biasanya
dandanan calon pengantin udah heboh disini hahahhahaaha. Kebaya, songket,
sepatu cantik, makeup, sampai ke photobooth *eh borossss ye hahahahha.
Untuk
beberapa calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan di kota lain
biasanya Martumpol ini dimanfaatkan juga untuk mengundang keluarga atau kerabat
untuk datang, bercengkrama, makan – makan, dll sekalian mendoakan kedua calon pengantin
dan juga keluarga yang akan berangkat ke kota tempat calon pengantin akan
melangsungkan pernikahan nantinya.
Jadi jangan
heran ya kalau kamu menghadiri acara Martumpol seseorang dan rasanya kok kayak
lagi ada di pesta adat pada umumnya. Apa yang harus kamu lakukan? Simpel! Ikut
makan, ikut joget kalau ada musiknya, ikutan foto kalau ada photoboothnya, dan
jangan lupa kasih salam tempel sama pengantinnya (biar pengantinnya bisa
honeymoon) *eh hahahahhahaha.
MARTONGGO RAJA (kalau pesta diselenggarakan oleh pihak
perempuan). MARIA RAJA (kalau pesta diselenggarakan oleh pihak laki -
laki)
Setelah
acara martumpol di gereja biasanya keluarga dari pihak laki – laki akan
berkumpul di rumah laki – laki (atau bisa juga ditempat lainnya yang sudah
ditentukan) demikian juga untuk keluarga perempuan.
Pembicaraannya
lebih ke mengingatkan tugas masing – masing, jam berapa acara akan dimulai, jam
berapa acara gereja, jam berapa acara adat, dll. Undangan juga sudah bisa
diberikan kepada keluarga – keluarga yang hadir.
*sekarang
ini acara Marhusip, Martumpol, dan Martonggo/Maria Raja sudah digabung dalam
hari yang sama. Gunanya untuk mempersingkat waktu dan biaya tentunya ya.
RANGKAIAN ACARA ADAT (HARI H)
A.
MARSIBUHA – BUHAI
Keluarga
laki – laki akan datang pagi – pagi kerumah keluarga perempuan, membawa daging
yang sudah diletakkan di dalam wadah anyaman (tandok) dan ditutup dengan ulos.
Saudara perempuan kandung dari ayah calon pengantin laki – laki akan
meletakkannya diatas kepala dan membawanya masuk kerumah calon pengantin
perempuan.
Calon
pengantin laki - laki akan membawa bunga tangan dan calon pengantin perempuan
membawakan korsase bunga. Kedua calon pengantin akan bertemu di ruang tamu,
calon pengantin wanita memakaikan korsase pada calon pengantin pria dan calon
pengantin pria memberikan bunga tangan kepada calon pengantin perempuan.
Semua keluarga akan sarapan bersama dirumah calon pengantin perempuan,
sebelumnya orang tua dari calon pengantin perempuan akan melemparkan sejumput
beras sebanyak tiga kali keatas kepala kedua calon pengantin kemudian menyuapi
calon pengantin dengan nasi dan ikan mas arsik.
Tapi yang
aku alami sedikit berbeda, waktu pihak laki - laki datang kerumah, kemudian
mama mertua melingkarkan selendang ke punggungku dan menarik aku untuk duduk ke
sisi pihak laki - laki. Kemudian pihak laki - laki memberikan daging kepada
pihak keluargaku, dan pihak keluargaku kemudian membalasnya dengan memberikan
ikan mas.
Kemudian
kami saling bertukaran bunga, aku memasangkan corsase di jas pengantin pria dan
pengantin pria memberikan bunga tangan kepadaku. Lalu semua keluarga makan
bersama dan kemudia berangkat ke gereja untuk melangsungkan acara pemberkatan
(pasu - pasu).
PASU – PASU
Pemberkatan
(pasu - pasu) pernikahan orang Batak bisanya dilakukan di gereja, ada pujian
penyembahan, liturgi, koor dari keluarga, dll. Pemberkatan dilakukan oleh
pendeta (bisa oleh pendeta yang bertugas di gereja itu tapi bisa juga oleh
pendeta lain atau permintaan calon pengantin dan keluarga.
“Yang sudah dipersatukan Tuhan tidak
boleh dipisahkan oleh manusia, kecuali oleh kematian.”
Silahkan
nangis sepuasnya selama makeup artistnya standyby (klo ngga standby ya
sebaiknya atur emosi dan jangan banyak nagis, nanti makeupnya luntur hihihihihi).
SAH! Dihadapan Tuhan, gereja, dan jemaat. Keduanya sudah menjadi satu dalam
rumah tangga baru. Lalu, sudah sah di adat? WEITZZZZ, belum dong hahahhaaha.
ADAT NA GOK
Pengantin
dan keluarga akan berangkat ke gedung pesta untuk melanjutkan pesta adat.
Masing – masing tamu memiliki fungsi yang berbeda satu dengan yang lainnya dan
secara otomatis akan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Jadi jangan
heran kalau nanti ada yang duduk di sisi kiri, kanan, dibagian samping,
belakang, dll. Jangan heran juga kalau ada yang bawa wadah anyaman tikar tapi
ada juga yang membawa ikan.
BANGGA! Aku
bangga dengan adat Batak. Tidak bisa dihapuskan dan akan pernah bisa hilang
dari diri orang Batak. Tahun ini ada 250 orang teman – teman (yang aku tau)
yang melangsungkan pernikahan mereka dengan adat Batak. Kami berbagi informasi,
berbagi review, berbagi support, semangat, dan juga saling mendoakan satu sama
lain.
Tamu yang
datang akan duduk di tempat yang sudah disediakan, lalu pengantin akan masuk
kedalam gedung bersama – sama dengan keluarga dekat mereka masing – masing
(keluarga yang berjalan dibelakang pengantin akan duduk bersama – sama dengan
pengantin dan orang tua di panggung).
Tapi kalau
misalnya salah satu pengantinnya adalah lulusan Akademi Polisi, Akademi
Militer, dsb maka prosesi masuk ke gedung bukan lagi dengan prosesi adat tapi
dengan prosesi Tradisi Korps Pedang Pora. Ini satu kebanggan untuk kedua belah
pihak keluarga karena tidak banyak orang yang bisa mengalami prosesi ini *ciye
hihihihii.
Setelah itu semua tamu akan makan bersama, biasanya keluarga pengantin sudah
mempersiapkan satu tempat khusus untuk tamu – tamu yang diluar keluarga (parsubang
atau tamu nasional, bisa teman, tetangga, relasi, dll). Ditempat itu semua
makanan halal sehingga bisa dinikmati semua tamu nasional.
Setelah
makan, tamu – tamu akan berbaris untuk mengantri menyalam pengantin. Biasanya
mereka membawa tumpak (amplop yang berisi uang) lalu memasukkannya ke wadah
yang sudah disediakan di depan pengantin. Tapi ada juga yang langsung
menyalamkannya ke tangan orang tua atau ke tangan pengantin.
Nah kalau
aku yang nikah jangan lupa salamin amplopnya ke tangan aku aja langsung yaaa
hahahahha (buat honeymoon) *tetepppp. Soalnya, semua tumpak yang ada di wadah
itu nantinya akan menjadi hak milik pihak laki – laki.
Tapi, ada
satu kali kesempatan untuk pengantin perempuan untuk mengambil amplop yang ada di
dalam wadah itu dengan satu tangan sebanyak SATU KALI SAJA ya
hhahahahahaha (yang ini boleh dimasukkan ke kantong pengantin).
Acara
kemudian akan diisi dengan musik – musik, pemberian ulos kepada keluarga
lainnya, pembagian daging, berbalas – balasan pantun, dll. Kemudiaaaaan saat
yang paling ditunggu – tunggu adalah pemberian ulos kepada besan dan kepada
pengantin.
Pemberian
ulos kepada pengantin menjadi ajang tangis – tangisan deh, karena disinilah
momen terpenting dan paling menyentuh dalam adat Batak. Orang tua pengantin
perempuan akan “melepaskan” anak perempuannya kepada keluarga pengantin laki –
laki.
Saat itu
tugas dan tanggung jawab orang tua pengantin perempuan terhadap boru (anak
perempuannya) sudah selesai. Kini pengantin perempuan sudah menjadi tanggung
jawab suami dan keluarga laki – laki. Sedih? IYESSS!
Tapi selalu
ada sukacita dibalik tangisan orang tua melepaskan anak perempuannya untuk
menjalani rumah tangga dengan suaminya. Sudah selesai satu tugas orang tua
terhadap anaknya. Karena SEJUJURNYA orang tua akan merasa stres bahkan bisa
jadi depresi kalau anaknya (apalagi perempuan) tidak kunjung menikah padahal
sudah waktunya.
*ini foto paling sering dicolong orang - orang yang tidak bertanggung jawab, dari ngga kenal sampe kenal hihihihi. Tapi heran aja kalau ada yang kenal tapi masih nyolong, kan bisa ijin toh.
Setelah
orang tua pengantin perempuan memberikan ulos, selanjutnya semua keluarga akan
bergantian memberikan ulos kepada pengantin. Masing – masing keluarga akan
memberikan pesan – pesan dan wejangan kepada pengantin dan biasanya mereka akan
berjoget – joget sambil memberikan ulos.
Ah, rasanya
senengggg banget kalau udah denger musik gondang itu bunyi, rasanya ngga tahan
mau joget hahahaahahha.
Semua
rangkaian acara ini biasanya akan berlangsung sampai sore atau malam tergantung
jumlah tamu yang datang. Makin banyak tamunya, makin banyak yang kasih ulos,
makin lama juga pestanya, makin nambah bengkak deh biaya overtime gedung
hahahahhaahaha.
PAULAK UNE
Setelah
acara memberikan ulos, udah dong ya? Udah capek kan, mau pulang. Eitzzz, jangan
sedih, masih ada lagi acara Paulak Une namanya. Aku kurang paham dengan arti
dari Paulak Une ini. Beberapa keluarga biasanya melaksanakan Paulak Une ini
tepat setelah pesta selesai, tapi aku kurang tau maknanya.
Kalau aku
ngga salah ada satu lagi yang namanya Manikkir Tangga. Ini juga aku
kurang paham *hiks, nanti aku belajar lagi deh biar bisa sharing ya hihihihi.
Setelah
semuanya sudah selesai, pengantin perempuan akan dibawa kerumah keluarga
suaminya. Disitu pengantin perempuan akan disambut oleh mertua dan keluarga
besar, diberikan makan, diberikan wejangan, dll.
FUIH. Banyak
hal yang harus dilalui ya. Kebayang ngga berapa banyak biayanya? BANYAK!
Mahallll hahahhahaha *curhat. Tapi hal ini jangan jadi penghambat kamu yang mau
menikah dengan adat Batak ya. Kenapa? Karena setiap rangkaian adat yang kamu
jalani ada filosofinya, kamu juga bisa lihat betapa eratnya kekeluargaan orang
Batak, dan betapa sakralnya acara pernikahan untuk orang Batak. Adat ada yang
besar dan ada yang kecil, semua disesuaikan dengan kemampuan.
Lalu apa aja
sih yang perlu dipersiapkan? Mhhh, banyak sih kalau mau dijabarin printilannya.
Tapi aku akan bahas beberapa hal yang penting aja ya. Pokoknya mulai nabung
dari sekarang hahahahhahahaha. Tungguin tulisan berikutnya ya.
Terima kasih
See you